“Ini
bukan waktunya untuk bercanda kan?”
“Tentu
tidak, buat apa aku bercanda.”
“Berhenti
menjahiliku!”
“Tidak!”
“Berhenti
atau kulaporkan ibu!”
“Laporkan
saja!”
“Berikan
bonekaku, kalau tidak kubunuh kau!
***
Karin,
saudari kembarku adalah wanita paling jahil yang pernah tercipta didunia, aku
sempat berpikir bahwa jahil lebih penting baginya dibandingkan oksigen. Bukan
hanya aku korban kejahilannya tapi hampir seluruh orang yang dia kenal pernah
mengalami bagaimana menjengkelkannya Karin. Kami memang kembar tapi kami sama
sekali tak memiliki keterikatan antara satu sama lain, dunia kami, kebiasaan
kami bahkan kepribadian kami sangat berbeda drastis, ya bisa dibilang seperti
warna televisi tahun 40an, hitam dan putih. Bahkan diusia kami yang sama sama
telah menginjak 20 tahun kami tidak pernah saling bertukar pikiran satu sama
lain. Ayah dan ibu juga terkesan tak perduli dengan pergaulan Karin, dia anak
menjengkelkan yang bermasalah di setiap lingkungan sosial dan susah diatur,
sedangkan aku kebalikan darinya.
Tak
terhitung sudah berapa kali dia memotong kepala boneka favoritku dan juga sudah
tak terhitung pula sudah berapa kali aku menyumpahi dia mati. Tapi Tuhan sama
sekali tak pernah mendengar doaku, Tuhan terus menerus membiarkan Karin hidup
dan meneruskan perbuatan menyebalkannya, bukan hanya padaku tapi juga pada anak
anak lain. Selang beberapa tahun akhirnya doaku di dengar Tuhan, hanya sampai
usia 20 tahun saja Karin hidup di dunia. Akhirnya sekarang dia mati juga tapi
tentu bukan aku yang membunuhnya. Dia mati oleh kekasihnya saat sedang
berhubungan seks, kepalanya di gorok dengan pisau dapur. Pria itu adalah
jawaban atas doaku selama ini.
Setelah hampir
setahun setelah kematian Karin, rasa senang itu hilang, rasa sedih dan kesepian
muncul seperti hujan di sore hari. Aku juga tak mengerti, aku merasa sangat
merindukan Karin. Pernah suatu hari ketika sedang mengitari seisi rumah aku
selalu merasa seperti diperhatikan oleh seseorang, bukan orang tuaku, bukan
pembantu, bukan pula orang asing, tapi perasaan seperti sedang diperhatikan
oleh Karin. Aku tak pernah lupa bagaimana feeling aneh menyelimutiku ketika dia
tengah bersiap untuk melakukan tindakan jahat, dalam hati selalu kuulang kata, “Karin telah mati.” Faktanya memang dia
telah mati tapi entah mengapa saat ini aku merasakan kehadirannya. Selain itu,
bau keringatnya yang wangi jeruk kadang muncul di kamarku tiap pukul 2 malam. Kuakui
setelah dia mati, aku kesepian tapi sama sekali aku tak pernah mengharapkan
kehadirannya lagi.
Saat ini jam
tepat menunujukan tepat pukul 2 malam di hari kamis, seperti biasanya aku masih
disibukan dengan kegiatan sebagai penulis artikel fashion di sebuah majalah.
Mataku mulai mengantuk, jariku pun mulai lelah menekan keyboard tapi besok pukul
7 pagi deadline ini sudah harus aku kumpulkan kepada editor. Waktu yang kurang
tepat untuk mengenang masa masa bersama Karin, “ah terlalu banyak drama untuk apa memikirkan dia” ujarku dalam
hati. Jam dinding berjalan makin lama seakan makin pelan, stasiun tv tak lagi
menyajikan hal yang menarik, ingin segera melanjutkan pekerjaan tapi inspirasi
tak kunjung datang.
Aku tertidur
sejenak lalu terbangun karna suara ketukan tiba tiba saja jendela kamarku
berbunyi tak terlalu keras. Bunyi yang pelan tapi sangat mencekam dan seratus
persen aku yakin itu ketukan, seperti sedang diketuk dengan jari. Suasana msunyi
senyap seketika, aku mematikan tv lalu mengecilkan volume itunes agar suara itu
terdengar lebih jelas. Kelamaan suara itu terdengar makin nyata, jika awalnya
hanya satu jari kini terdengar seperti diketuk dengan tiga jari. Suara ketukan
itu makin lama berbunyi makin tidak karuan, aku takut, namun entah mengapa rasa
penasaranku justru makin memuncak. Perlahan aku beranjak dari kasur mendekati
jendela yang letaknya berhadapan denganku, dengan sedikit keberanian aku
mencoba untuk membuka gorden secara perlahan. Semakin gorden akan kutarik,
semakin kencang pula suara ketukan itu muncul, makin lama suara itu makin keras
dan seperti menusuk kedalam kepalaku. Lalu tanpa basa basi lagi aku langsung
menarik gorden dengan menutup kedua mataku. “Brakk!!!” Terdengar seperti suara menghantam jendela yang diikuti dengan
kesunyian tanpa suara, suara ketukan itu telah hilang. Pelan pelan aku membuka
mataku ternyata tak ada apa apa di jendela, hanya terlihat puluhan bintang
terang.
Wangi ini..
kemudian mendadak wangi jeruk muncul memenuhi seisi kamar, wangi jeruk yang
terasa amat pekat. Ini adalah wangi Karin, wangi yang selalu saja menghantuiku
tapi apa mungkin ini terjadi? Aku mulai berpikiran yang aneh aneh, semua kisah
horor muncul di kepalaku silih berganti. Aku takut. Aku mulai kebingungan.
Hanya berdiri sambil menutup kedua mata yang dapat kulakukan saat ini, semuanya
begitu tak masuk diakal, hingga akhirnya...
“Brukk!”
Terdengar
suara terjatuh tepat disamping aku berdiri saat ini. Dapat kurasakan yang jatuh
bukan merupakan benda yang berat, mungkin sebuah benda yang ringan. Tapi aku
merasakan aura yang sangat aneh dengan benda yang jatuh itu, bulu kudukku
semuanya berdiri membentuk barisan militer. Apa makin tak mengerti dengan
situasi ini, sekarang aku hanya ingin semua kejadian aneh ini berhenti.. “Aku takut, ya Tuhan..” Tapi sekali lagi
rasa takutku kalah dengan rasa penasaran yang kembali memaksaku untuk melihat benda
apa yang terjatuh barusan. Pelan pelan aku membuka mata dan melihat kearah
sebelah kanan tempat benda itu terjatuh. Oh, ternyata bukan benda yang harus
ditakutkan, itu hanya boneka, ya benar hanya boneka namun boneka itu tanpa
kepala.
“Ini tanda dari Karin!”
Kepalaku penuh
dengan racauan kata kata tak beralasan. Aku mecoba menghadapi ini dengan biasa
namun logikaku mengatakan ini semua tak masuk akal, ini ulah hantu. Hantu Karin
datang menggangguku! Aku tak percaya hantu itu nyata, menggelikan!
Ta.. Tapi jika
hantu tak nyata lantas boneka ini maksudnya apa? Lebih tak masuk akal jika boneka
ini tiba tiba muncul begitu saja. Aku ingat, boneka ini adalah boneka pinguin
kesanyanganku saat berusia 10 tahun, boneka ini disembunyikan oleh Karin entah
dimana sampai mati dia tak pernah mengatakan letak boneka itu. Setidaknya itu
semua sampai hal aneh ini muncul tiba tiba saja boneka ini terjatuh dari langit
sesaat baru saja muncul keanehan di jendela kamarku.
Aku ingin semua ini cepat berhenti, aku tak tahan
dengan semua ini.
“Halo
Kiran...”
Suara lirih
terdengar dari pojok ruangan kamar, suara pelan yang terdengar seperti rintihan
kesakitan senar biola. Aku mengenali suara ini tak mungkin dapat melupakannya, suara
yang menyebalkan dan sangat menyedihkan.
“Apa benar ini nyata?” Kali ini
apapun yang terjadi aku tak boleh menoleh kearah belakang, mengerikan, tingkat
ketakutanku naik drastis.
“Ayo masak
masakan..”
“Ayo main operasi operasian..”
Suara itu
sangat mengganggu, semua suara Karin bergema di dalam telingaku. Suara lirih
kesakitan penuh ejekan. Suaranya terdengar persis di sebelah kanan telingaku,
suara jarak dekat yang mungkin hanya berjarak 5 – 7 sentimeter.
Entah mengapa
tiba tiba saja badanku tak dapat bergerak, semua otot kaku tak bergerak, bulu
kuduk merinding seperti sedang disentuh oleh belaian lembut pasti. Bukan, bukan
belaian nafsu melainkan belaian kengerian yang dapat berarti banyak hal. “Apa apa ini? Kenapa ini?” Seketika
pertanyaan ini muncul di kepalaku silih berganti. Kukerahkan seluruh sisa
kekuatan untuk menggerakan tubuhku, sangat maksimal hingga dapat kurasakan
ototku bergeser dengan sangat kasar. Seketika tubuhku akhirnya dapat bergerak
kembali dan langsung saja tanpa diperintah aku masuk dan mengunci kamar mandi
dengan rapat. Aku tak dapat berpikir dengan jernih yang ada dalam kepalaku
bagaimana caranya agar semua ini berhenti.
Tiba tiba
lampu kamar mandi mati..
Tak ada ada
kehidupan, aku hanya dapat mendengar suara tarikan nafasku yang terengah.
Keringat mengucur deras dari pori pori kulit, cuaca dingin seketika berubah
menjadi panas. Aku meraba raba sekeliling namun tak merasa apapun, aku makin
takut dan langsung mencoba membuka pintu kamar mandi namun.. namun kunci kamar
mandi sudah tidak menggantung di lubang kunci. Air mataku mulai mengucur keluar
tanpa diperintah, aku takut, aku tak ingin mati..
“Apa kau suka?
Apa kau suka??”
Kembali
terdengar suara lirih Karin tapi kali ini aku dapat merasakan suara itu muncul
setidaknya tepat dihadapanku.
“Jangan ganggu
aku...” Aku menutup kedua telingaku, aku tak sanggup lagi mendengar suara suara
aneh yang terus muncul disekitarku. Terus menerus aku mengucapkan kata kata itu
dengan cepat, secepat mungkin, secepat yang aku bisa. “Bruuuk!” Aku merasa
ditabrak dengan sangat kuat hingga terjatuh kelantai, suasana sangat gelap aku
pun tak tau benda apa yang baru saja menabrakku. Rasanya bukan seperti tabrakan
melainkan seperti dorongan tangan, didorong dengan tenaga penuh.
Lampu
menyala..
Tepat dihadapanku
sebuah kepala melayang. Itu adalah kepala Karin, itu wajah Karin! Ya Tuhan
halusinasi apa ini?! Ini tidak nyata! Kepala itu melayang dengan mata tertutup
dan darah yang mengucur dari leher yang menganga lebar.
“Bagaimana
rasanya menjadi aku?” Kepala itu berbicara, aku sangat takut hingga tak
mampu berkata kata yang dapat kulakukan hanya menutup mata dan mendengarkan
suara asing ini.
“Kau mengambil
semuanya!”
Sepersekian
detik tiba tiba mata itu terbuka dan bergerak cepat kearahku! Kurasakan gigitan
dahsyat yang sangat menyakitkan di seluruh wajahku, aku tak mampu melawan, aku
hanya bisa bertertiak. Aku menyerah dan.....
*****