Minggu lalu aku bersama tiga
orang temanku, Rina dan Joni, berencana berlibur bertiga ke pantai Anyer. Kami
bertiga adalah sahabat dekat sejak kuliah semester pertama, dan memang beberapa
sebulan sebelumnya kami banyak sekali tugas kuliah. Jadi gak salah kan, kalo
kami berencana liburan bertiga ke Anyer dengan mobil Joni.
Kami berangkat dari jam satu
siang dari jakarta. Awalnya perjalanan berjalan lancar, selama perjalanan Joni
terus menakuti kami kalau di jalan yang kami lalui, sering muncul kejadian
mistis tentang dukun iblis. Aku dan Rina hanya tertawa saja menanggapi bualan
Joni.
Sekitar jam setengah enam sore,
tiba tiba mobil Joni mogok. Di sekitar kami hanya ada hutan, kami pun
kebingungan karena sebenarnya bensin masih penuh ditambah kami tidak ada yang mengerti
tentang mesin mobil. Disaat kebingungan, ada yang mengetuk jendela mobil. Joni
yang duduk di bangku supir membuka jendela. Ada seorang pria paruh baya
menanyakan keadaan kami dan menawarkan bantuan. Nama pria itu adalah Pak Rizal,
dia menyuruh kami untuk mampir ke rumahnya yang ada di seberang jalan. Dia
bilang kalau anaknya adalah montir yang mungkin bisa membantu kami. Kami
bertiga pun setuju, karena memang tidak ada pilihan lain.
Hari mulai menjelang malam, tapi
anak Pak Rizal belum juga mulai memperbaiki mobil kami. Pak Rizal bilang kalau
anaknya kerja sebagai montir di kota dan biasanya baru sampai rumah setelah
solat isya. Pak Rizal lalu menawarkan kami makan malam, Rina mencoba menolak
karena tidak enak tapi karena aku sangat lapar, aku mengiyakan tawaran Pak
Rizal.
Pak Rizal menyuruh kami duduk di
meja makan, sambil menunggu istrinya mengantarkan makanan. Tak lama kami
menunggu, muncul seorang nenek berwajah pucat dengan rambut putih seperut mengantarkan
sebakul nasi. Nenek itu berjalan dengan sangat pelan sampai aku, Joni dan Rina
saling pandang karena merasa aneh. Pak Rizal lalu memberitahukan kalau wanita
itu adalah istrinya. Ketika Pak Rizal bilang kalau itu istrinya, aku makin
merasa aneh karena secara fisik usia Pak Rizal mungkin masih sekitar 50 tahun,
sedangkan nenek tadi mungkin usianya sudah 80 tahun. Aku dan ketiga temanku hanya bisa saling
pandang, aku tau kalau kami bertiga sedang memikirkan keanehan yang sama.
Setelah semua makanan datang, Pak
Rizal yang sudah ditemani dengan istrinya mempersilahkan kami makan. Dengan
perasaan sedikit takut, aku mulai makan lele goreng yang sudah disiapkan. Baru
aku makan tiga gigit tiba tiba kepalaku terasa pusing, lalu Rina tiba tiba
terjatuh pingsan, kemudian disusul oleh Joni, tak lama aku juga ikut pingsan.
Aku pelan pelan membuka mata, aku
tak tau sudah berapa lama tak sadarkan diri. Aku masih berada di meja makan, di
depanku masih ada Joni yang pingsan. “Joni.. Joni...” Aku membangunkan Joni
dengan suara pelan. Joni akhirnya bangun dengan wajah bingung, lalu dia
menanyakan Rina, Pak Rizal dan istrinya yang tidak ada di meja makan.
Kami berdua berinisiatif mencari
Rina. Kami memasuki kamar yang ada di rumah tapi kami tidak ada seorang pun. “Jon,
lo dengar gak ada suara di belakang rumah?” Sayup sayup aku mendengar suara
dari belakang rumah. Joni terdiam dan memastikan sumber suara itu, lalu Joni
langsung menarik aku ke belakang rumah.
Di belakang rumah, kami melihat
sebuah kejadian aneh. Rina sedang tidur terlentang di atas tanah, disampingnya
ada istri Pak Rizal sedang duduk jongkok, lalu Pak Rizal sendiri sedang berdiri
mendongakan kepala keatas dengan mulut komat kamit. Aku sadar kalau Rina sedang
dalam kesulitan, namun karena takut aku dan Joni seakan tidak bisa menggerakan
badan kami.
Di depan mata kami, tiba
tiba... istri Pak Rizal menggigit nadi tangan kanan Rina. Dan sepersekian detik
muncul kejadian aneh yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Saat nadi Rina
digigit, seperti ada perpindahan energi antara Rina dan istri Pak Rizal. Pelan
pelan tubuh Rina mengering, dan tubuh istri Pak Rizal terlihat semakin muda.
Se.. sepertinya.. darah Rina saat ini sedang disedot sampai habis.
Aku langsung membaca bacaan
bacaan agama kepercayaanku sampai akhirnya tubuhku bisa bergerak lagi.
“RINAAAAA!!!!” Saat tubuhku bisa bergerak, aku langsung berteriak menyebut nama
Rina. Tapi ternyata tindakanku salah.
Pak Rizal dan istrinya yang
tampak lebih muda melihat kearahku dan Joni yang sedang bersembunyi, dan tampak
di tanah tubuh Rina yang sudah kering kerontang. Bulu kuduk ku makin merinding
melihat hal itu, ditambah istri Pak Rizal menyeringai lebar. Seringai dari bibirnya
hampir menyentuh kedua telinga. Keadaan menjadi sunyi, dan pecah saat tiba tiba
istrinya tertawa keras... hihihihii.. hihihiii..., Pak Rizal lalu berlari
kearah kami bersembunyi.
Secepat mungkin aku lari
menyelamatkan diri. Tanpa kusadari aku hanya lari sendirian, karena ternyata
Joni masih kaku terdiam di tempat kami bersembunyi. Saat aku mencoba kembali,
Pak Rizal muncul dan langsung menggigit telinga kiri Joni. Aku ingin
menolongnya, tapi aku terlalu takut. Aku pun memutuskan untuk lari keluar rumah
tanpa melihat kebelakang. Aku lari kencang, lalu terjatuh dan tak sadarkan diri.
Keesokan harinya aku terbangun di
jok mobil yang jendelanya sudah terbuka lebar, dihadapanku ada beberapa
penduduk desa sedang kebingungan melihatku. Aku melihat semua sudut mobil tapi
tidak ada keberadaan Rina dan Joni. Aku langsung menceritakan kejadian yang aku
alami semalam kepada penduduk desa. Diantara semua penduduk desa, ada satu
nenek tua bicara padaku, dia bilang... “Dukun setan sudah menemukan tumbalnya
untuk hidup abadi...”.
*******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar