Wikipedia

Hasil penelusuran

Selasa, 17 Maret 2020

Dukun Setan


Minggu lalu aku bersama tiga orang temanku, Rina dan Joni, berencana berlibur bertiga ke pantai Anyer. Kami bertiga adalah sahabat dekat sejak kuliah semester pertama, dan memang beberapa sebulan sebelumnya kami banyak sekali tugas kuliah. Jadi gak salah kan, kalo kami berencana liburan bertiga ke Anyer dengan mobil Joni.

Kami berangkat dari jam satu siang dari jakarta. Awalnya perjalanan berjalan lancar, selama perjalanan Joni terus menakuti kami kalau di jalan yang kami lalui, sering muncul kejadian mistis tentang dukun iblis. Aku dan Rina hanya tertawa saja menanggapi bualan Joni.

Sekitar jam setengah enam sore, tiba tiba mobil Joni mogok. Di sekitar kami hanya ada hutan, kami pun kebingungan karena sebenarnya bensin masih penuh ditambah kami tidak ada yang mengerti tentang mesin mobil. Disaat kebingungan, ada yang mengetuk jendela mobil. Joni yang duduk di bangku supir membuka jendela. Ada seorang pria paruh baya menanyakan keadaan kami dan menawarkan bantuan. Nama pria itu adalah Pak Rizal, dia menyuruh kami untuk mampir ke rumahnya yang ada di seberang jalan. Dia bilang kalau anaknya adalah montir yang mungkin bisa membantu kami. Kami bertiga pun setuju, karena memang tidak ada pilihan lain.

Hari mulai menjelang malam, tapi anak Pak Rizal belum juga mulai memperbaiki mobil kami. Pak Rizal bilang kalau anaknya kerja sebagai montir di kota dan biasanya baru sampai rumah setelah solat isya. Pak Rizal lalu menawarkan kami makan malam, Rina mencoba menolak karena tidak enak tapi karena aku sangat lapar, aku mengiyakan tawaran Pak Rizal.

Pak Rizal menyuruh kami duduk di meja makan, sambil menunggu istrinya mengantarkan makanan. Tak lama kami menunggu, muncul seorang nenek berwajah pucat dengan rambut putih seperut mengantarkan sebakul nasi. Nenek itu berjalan dengan sangat pelan sampai aku, Joni dan Rina saling pandang karena merasa aneh. Pak Rizal lalu memberitahukan kalau wanita itu adalah istrinya. Ketika Pak Rizal bilang kalau itu istrinya, aku makin merasa aneh karena secara fisik usia Pak Rizal mungkin masih sekitar 50 tahun, sedangkan nenek tadi mungkin usianya sudah 80 tahun.  Aku dan ketiga temanku hanya bisa saling pandang, aku tau kalau kami bertiga sedang memikirkan keanehan yang sama.

Setelah semua makanan datang, Pak Rizal yang sudah ditemani dengan istrinya mempersilahkan kami makan. Dengan perasaan sedikit takut, aku mulai makan lele goreng yang sudah disiapkan. Baru aku makan tiga gigit tiba tiba kepalaku terasa pusing, lalu Rina tiba tiba terjatuh pingsan, kemudian disusul oleh Joni, tak lama aku juga ikut pingsan.


Aku pelan pelan membuka mata, aku tak tau sudah berapa lama tak sadarkan diri. Aku masih berada di meja makan, di depanku masih ada Joni yang pingsan. “Joni.. Joni...” Aku membangunkan Joni dengan suara pelan. Joni akhirnya bangun dengan wajah bingung, lalu dia menanyakan Rina, Pak Rizal dan istrinya yang tidak ada di meja makan.

Kami berdua berinisiatif mencari Rina. Kami memasuki kamar yang ada di rumah tapi kami tidak ada seorang pun. “Jon, lo dengar gak ada suara di belakang rumah?” Sayup sayup aku mendengar suara dari belakang rumah. Joni terdiam dan memastikan sumber suara itu, lalu Joni langsung menarik aku ke belakang rumah.

Di belakang rumah, kami melihat sebuah kejadian aneh. Rina sedang tidur terlentang di atas tanah, disampingnya ada istri Pak Rizal sedang duduk jongkok, lalu Pak Rizal sendiri sedang berdiri mendongakan kepala keatas dengan mulut komat kamit. Aku sadar kalau Rina sedang dalam kesulitan, namun karena takut aku dan Joni seakan tidak bisa menggerakan badan kami.

Di depan mata kami, tiba tiba... istri Pak Rizal menggigit nadi tangan kanan Rina. Dan sepersekian detik muncul kejadian aneh yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Saat nadi Rina digigit, seperti ada perpindahan energi antara Rina dan istri Pak Rizal. Pelan pelan tubuh Rina mengering, dan tubuh istri Pak Rizal terlihat semakin muda. Se.. sepertinya.. darah Rina saat ini sedang disedot sampai habis.

Aku langsung membaca bacaan bacaan agama kepercayaanku sampai akhirnya tubuhku bisa bergerak lagi. “RINAAAAA!!!!” Saat tubuhku bisa bergerak, aku langsung berteriak menyebut nama Rina. Tapi ternyata tindakanku salah.

     Pak Rizal dan istrinya yang tampak lebih muda melihat kearahku dan Joni yang sedang bersembunyi, dan tampak di tanah tubuh Rina yang sudah kering kerontang. Bulu kuduk ku makin merinding melihat hal itu, ditambah istri Pak Rizal menyeringai lebar. Seringai dari bibirnya hampir menyentuh kedua telinga. Keadaan menjadi sunyi, dan pecah saat tiba tiba istrinya tertawa keras... hihihihii.. hihihiii..., Pak Rizal lalu berlari kearah kami bersembunyi.

Secepat mungkin aku lari menyelamatkan diri. Tanpa kusadari aku hanya lari sendirian, karena ternyata Joni masih kaku terdiam di tempat kami bersembunyi. Saat aku mencoba kembali, Pak Rizal muncul dan langsung menggigit telinga kiri Joni. Aku ingin menolongnya, tapi aku terlalu takut. Aku pun memutuskan untuk lari keluar rumah tanpa melihat kebelakang. Aku lari kencang, lalu terjatuh dan tak sadarkan diri.

Keesokan harinya aku terbangun di jok mobil yang jendelanya sudah terbuka lebar, dihadapanku ada beberapa penduduk desa sedang kebingungan melihatku. Aku melihat semua sudut mobil tapi tidak ada keberadaan Rina dan Joni. Aku langsung menceritakan kejadian yang aku alami semalam kepada penduduk desa. Diantara semua penduduk desa, ada satu nenek tua bicara padaku, dia bilang... “Dukun setan sudah menemukan tumbalnya untuk hidup abadi...”.

*******