Wikipedia

Hasil penelusuran

Kamis, 17 Oktober 2013

Guess, Who’s Coming to Dinner?




Dinda

         Nanti malam adalah malam yang paling indah dalam hidup dinda, sudah lama dia menantikan makan malam ini. Sebuah hal romantis yang jarang sekali dilakukan oleh kekasihnya dan dia pikir itu akan bertambah spesial jika malam nanti dipadukan dengan gaun hitam yang telah dia beli sebulan yang lalu.

Oh candle light dinner di restoran mewah pinggir pantai, tak pernah melakukan hal ini, aku penasaran batu apa yang baru saja menghantam kepala kekasihku. Tapi selain itu aku yakin pasti nanti malam dia akan memberikan surprise yang ter-sweet untukku, mungkin dia akan memberikanku kado atau mungkin juga tiket konser Pheonix, emm.. atau... pasti dia akan melamarku!! Ahhh Ya Tuhaaan!!” Gumam Dinda dalam hati dengan sangat semangat.

Hubungan Dinda dengan kekasihnya sedang sangat renggang setelah sebelumnya dia kepergok oleh teman kekasihnya sedang check ini di hotel dalam keadaan mabuk dengan pria asing yang baru dikenalnya. Setelah kurang lebih satu bulan menjalani hubungan dingin penuh rasa bersalah, akhirnya secara tiba tiba kekasihnya menghubunginya.

“Semoga saja masalah kemarin tidak membuatnya marah. Perselingkuhanku memang menyakitkan tapi aku yakin dia tak akan meninggalkanku, dia sayang padaku dan dia pasti memaafkanku. Jika memang dia memang masih marah padaku mustahil kan dia mengajakku candle light dinner malam ini.”
                
           Kriiiing... Kriiiiing... (Dering Handphone)
                
        Handphone berdering dengan kencangnya dan memecahkan semua lamunan Dinda yang dengan segera mengambil handphone yang tergeletak diatas kasur. Nama kekasihnya muncul dari layar telfon dan dengan cepat dia menekan layar handphone.
                
           Dinda    :               Halooo...?


Vito
                
         Hemm.. Ya ini mungkin benar tapi mungkin juga salah, kenapa aku harus memaafkan dia. Makan malam romantis di pinggir pantai, ah setan omong kosong macam apa itu?! Semuanya keluar dari mulutku tanpa berpikir panjang. Tak kupungkiri aku memang sayang dia tapi ini perselingkuhan, apa kasus perselingkuhan wanita dapat dikatakan wajar? Dasar wanita binal. Apa kekuranganku selama ini padanya? Minta ini itu kuberi, minta dijadikan prioritas kuturuti, minta anter jemput, ohh oke, “gue adalah babu lo.”

“Semuanya sudah kuberikan tapi dia masih saja selingkuh, cinta pada pandangan pertama katanya tapi dengan pria yang dikenal di klub malam, yang benar saja apakah kekasihku ini anak SMA?! Tai. Percuma rasanya sudah memaafkan dia tapi nyatanya logika dan akal sehatku sepertinya berperang satu sama lain tanpa ada yang mau mengalah, hanya membuang waktu dan membuatku terlihat seperti orang yang gampang naik pitam. Candle light dinner di pinggir pantai, benar benar lawakan hebat mengalahkan Raditya Dika.”
                
        Emosi Vito masih sangat labil setelah mengetahui bahwa kekasihnya telah berselingkuh. Sebagai pria yang umunya berpikir secara logika, kesalahan seperti itu sangat tidak bisa dimaafkan tapi dia pun tak dapat membohongi dirinya sendiri bahwa dia sangat mencintai kekasihnya. Namun sekarang dia masih belum mengerti apa yang harus dia lakukan nanti malam, apakah harus bertindak tegas atau mungkin harus bertindak layaknya peri. Sedikitpun tak ada terlintas dalam benaknya untuk berdandan spesial demi dinner nanti, bergaya seperti biasa dengan kaos dan sepatu kets sudah sangat cukup baginya.
                
        Vito terdiam dalam lamunannya, pikirannya masih bergerak tak karuan. Dia mengambil handphone yang tergeletak diatas lantai, kemudian secara random dia tiba tiba saja ingin menelfon kekasihnya.
                
        “Teeett.... Teetttt...” (Suara telfon tersambung) selang beberapa detik terdengar suara dari sebrang gagang telfon.
                
           Vito        :               Aku cuma mau mastiin nanti malem jadi.
                
           Vito        :               Kita ketemuan aja di sana.
                
           Vito        :               Inget ya, jam 8 on time sudah di sana.
                
           Vito        :               Sampai jumpa.


Dinda

          “Tak masalah jika memang tidak bisa menjemput, wanita aku harus mandiri kan tak boleh bergantung pada orang lain. Jarak rumahku dan tempat dinner tak terlalu jauh, mungkin setengah jam lagi aku bisa berangkat ke sana.”
                
         Layaknya wanita pada umumnya Dinda masih saja mempadu padankan pakaian apa yang harus dipakai malam ini, padahal sebelumnya dia sudah menentukan gaun hitam terusan panjang adalah pilihan tepat. “Seperti Audrey Hepburn, malam ini aku harus terlihat anggun seperti Audrey Hepburn”, ucapnya dalam hati seperti motivasi. Pilih pilih baju memang sejam tapi tetap saja outfit yang dipilih adalah gaun hitam yang sebenarnya telah menjadi pilihan pertama sejak tadi siang.
                
         Waktu sudah menunjukan pukul setengah delapan malam, dengan sedikit terburu buru Dinda menjalankan mobilnya, dia sangat takut bila kekasihnya bete karna telat. Dengan sedikit ragu dia mengetik line, setidaknya ini antisipasi jika ternyata dia telat datang ke restoran.
                
         “Aku baru otw, tadi kelamaan dandan. Maaf yaa.”


Vito
                
      Jam sudah menunjukan pukul 7.30 tapi vito masih juga belum beranjak dari tempat tidurnya meskipun sudah berpakaian yang menurutnya sangat keren dengan padanan converse butut kesayangannya. Dia terlihat masih menatap nanar keatas lampu kamar, pikirannya masih kosong. Semuanya masih dipenuhi bagaimana sakit hatinya dia atas perbuatan kekasihnya yang sangat “tai” menurutnya. Tiba tiba saja dia menjadi ragu apakah harus datang ke sana atau tidak, ketegasan yang coba dia tunjukan akhir akhir ini seakan diuji oleh kuatnya rasa hati. Suasana hening selama dua sampai 3 menit sebelum akhirnya dia mengambil handphone kemudian mengetik pesan kepada kekasihnya.
                
         “Sudah jalan? Maaf telat, sebentar lagi aku jalan.”


Dinda
                
      Dinda sampai ke restoran dengan tepat waktu, jalanan lancar tak seperti biasanya sepertinya malam ini keberuntungan sedang berpihak kepadanya. Dress hitam terusan panjang dengan heels hitam membuat penampilannya terlihat sangat anggun, make up natural yang menunjang betuk pipinya yang cantik membuatnya terlihat sangat sempurna malam ini. Penampilan sempurna untuk malam yang sangat spesial dipinggir pantai, “ohhh betapa beruntungnya aku memiliki semua ini.”
                
        Dengan anggun dia duduk di tempat yang telah dipesan oleh kekasihnya. Sebuah tempat romatis dengan pemandangan lampion yang menerangi pantai, cukup dingin tapi dengan semua perasaan berbunga, cuaca seperti ini tidak masalah baginya. Dengan tenang dia masih menunggu kekasihnya datang, mungkin pekerjaan di kantor membuatnya datang terlambat malam ini.
                
         20 menit kemudian...
                
      Tiupan angin serasa merasuk menembus gaun anggunnya, tak biasanya kekasihnya datang terlambat seperti ini. Perasaan Dinda makin tak menentu upaya untuk terus sumringah semakin luntur karna hempasan angin malam, rasa kecewa dan penasaran tiba tiba saja datang menyelimuti. Dengan perlahan dia mengambil handphone yang tersimpan dari dalam tas untuk menelpon kekasihnya tapi percuma, tiga kali sambungan tak ada jawaban. Perlahan dia mengetik line yang ditujukan untuk kekasihnya.
                
         Dinda    :               Kamu dimana?
                
         Dinda    :               Kok belum dateng?


Vito
                
        “Maceeet, maceeet dan macet. Tak biasanya jalan dari rumah ke restoran ini begitu macet separah itu. Telah deh 15 menit.” Gerutu Vito.
                
         Dengan santai dia berjalan memasuki restoran, apalagi gadis manis dengan gaun merah hati pasti sedang menunggu kedatangannya saat ini. Dia bertanya sebentar kepada waitress, yang langsung menunjukan tempat yang telah dia pesan. Sebuah tempat yang ternyata cukup romantis dengan lampion yang berjejer menerangi lautan malam, cuaca yang dingin dengan alunan musik jazz membuat suasana random seperti romantis campursari. Perlahan dia duduk di tempat yang telah dia pesan, memandangi laut sebentar kemudian mengecek jam yang teryata telah menunjukan pukul 8.30. 
                
       Suasana di restoran ini masih sangat sepi, hanya ada empat pasangan yang sedang candle light dinner yang rata umurnya mungkin sekitar 40 tahunan. Hampir telat 30 meit tapi nyatanya keasihnya juga belum terlihat batang hidungnya. Dengan cepat dia segera menghubungi kekasihnya.
                                                                                                

                                                                       *****

Vito        :               Kamu dimana?

Dinda    :               30 menit aku di sini, kamu kemana?

Vito        :               Jangan ngaret, sudah 30 menit ini.

Dinda    :               Telfon aku angkat doong.

Vito        :               Jalanan macet, cepetan ke sini aku sudah nungguin.

.............................

Dinda    :               Aku sendirian di sini.

Vito        :              Aku sendiri nih, kamu mau dateng apa ngga?

Dinda    :               Kamu maunya apa sih.

Vito        :              Jangan main main deh.

................................
                                                                                                
                                                                        *****

Dinda
                
              “Okee. Ini bukan akhirnya dari segala. Hidup berawal saat meninggalkan comfort zone kan?” Ucap Dinda dalam hati untuk menenangkan perasaannya yang tidak karuan.
                
           Kekasihnya tiba tiba saja berubah pikiran, dia tak ajdi datang menenuminya di tempat yang telah dijanjikan, dinner romantis berubah menjadi mengenaskan. Bukan hanya membatalkan tapi juga kekasihnya memutuskan hubungan melalui line, dengan alasan klasik “Aku bosan, kita putus aja.” Cukup menyakitkan tapi dia menyadari mungkin ini adalah balas dendam yang sangat spesial yang telah disiapkan oleh kekasihnya.
                
          Sakit terlanjur sakit, perasaan wanita tak bisa berbohong walau mencoba tegar, air mata pasti akan jatuh pula dari pelupuk mata. Hanya desiran angin, ombak dan sebatang rokok yang menemani malam hari ini. Dia menangis pelan kearah lautan yang luas dengan menghisap sebatang rokok yang terasa pahit.


Vito
                
           End of conversasion dan chat diakhiri dengan sedikit menyakitkan bagi Vito. Ternyata kekasihnya tak akan datang pada candle light dinner, cukup komplit keributan antara dia dan kekasihnya via line semua kata kata kasar dan ungkapan tak manusiawi keluar seperti kotoran pagi hari. Diluar dugaan, kekasihnya memutuskan hubungan dengan alasan, “bosan dengan rutinitas yang dilakukan bareng kamu.”
                
          “Hah, cewek brengsek!”
                
       Dia hanya bisa memandangi langit malam sembari menikmati cuaca dingin yang disajikan dengan suara debur ombak. Semua orang di sini memeliki pasangannya masing masing, berbeda dengannya yang duduk bengong sendirian.

Namun entah karna tak menyadari atau dari tadi hanya sibuk dengan urusannya, dia baru melihat seorang wanita yang persis duduk dihadapannya juga sedang sendiri. Wanita itu terus menyeka air matanya dengan tisu yang tersedia diatas meja sembari terus menghisap batang rokok. Wanita itu itu sepertinya terlihat sedang mengalami hal yang tidak mengenakan. Seorang wanita cantik sedang menangis dengan memandangi lautan, pasti sedang mengalami malam yang sangat berat, terka Vito.

“Padahal gaun hitam dan make up naturalnya pasti akan membuatnya terlihat tiga kali lebih cantik jika tersenyum.” Pikir Vito.

                                                                         *****
               
Vito dan Dinda adalah dua orang kebetulan berada di tempat yang sama, mereka tak mengenal satu sama lain namun menjalani kisah yang sama. Semoga ombak dan angin malam dapat merubah segalanya. Malam ini mungkin menjadi malam yang sangat indah bagi semua orang tapi dibalik itu ada juga segilintir orang yang tidak mengalami malam yang baik. Memang semua telah berakhir tapi jika ada sebuah akhir berarti kita harus siap memulai suatu yang baru. 

                                                              ******



Judul terinspirasi dari film Guess Who’s Coming to Dinner (1967)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar