Wikipedia

Hasil penelusuran

Selasa, 29 Oktober 2013

Ode Untuk si Kembar



                “Ini bukan waktunya untuk bercanda kan?”

                “Tentu tidak, buat apa aku bercanda.”

                “Berhenti menjahiliku!”

                “Tidak!”

                “Berhenti atau kulaporkan ibu!”

                “Laporkan saja!”

                “Berikan bonekaku, kalau tidak kubunuh kau!


                                                                                  ***

      Karin, saudari kembarku adalah wanita paling jahil yang pernah tercipta didunia, aku sempat berpikir bahwa jahil lebih penting baginya dibandingkan oksigen. Bukan hanya aku korban kejahilannya tapi hampir seluruh orang yang dia kenal pernah mengalami bagaimana menjengkelkannya Karin. Kami memang kembar tapi kami sama sekali tak memiliki keterikatan antara satu sama lain, dunia kami, kebiasaan kami bahkan kepribadian kami sangat berbeda drastis, ya bisa dibilang seperti warna televisi tahun 40an, hitam dan putih. Bahkan diusia kami yang sama sama telah menginjak 20 tahun kami tidak pernah saling bertukar pikiran satu sama lain. Ayah dan ibu juga terkesan tak perduli dengan pergaulan Karin, dia anak menjengkelkan yang bermasalah di setiap lingkungan sosial dan susah diatur, sedangkan aku kebalikan darinya.

         Tak terhitung sudah berapa kali dia memotong kepala boneka favoritku dan juga sudah tak terhitung pula sudah berapa kali aku menyumpahi dia mati. Tapi Tuhan sama sekali tak pernah mendengar doaku, Tuhan terus menerus membiarkan Karin hidup dan meneruskan perbuatan menyebalkannya, bukan hanya padaku tapi juga pada anak anak lain. Selang beberapa tahun akhirnya doaku di dengar Tuhan, hanya sampai usia 20 tahun saja Karin hidup di dunia. Akhirnya sekarang dia mati juga tapi tentu bukan aku yang membunuhnya. Dia mati oleh kekasihnya saat sedang berhubungan seks, kepalanya di gorok dengan pisau dapur. Pria itu adalah jawaban atas doaku selama ini.

Setelah hampir setahun setelah kematian Karin, rasa senang itu hilang, rasa sedih dan kesepian muncul seperti hujan di sore hari. Aku juga tak mengerti, aku merasa sangat merindukan Karin. Pernah suatu hari ketika sedang mengitari seisi rumah aku selalu merasa seperti diperhatikan oleh seseorang, bukan orang tuaku, bukan pembantu, bukan pula orang asing, tapi perasaan seperti sedang diperhatikan oleh Karin. Aku tak pernah lupa bagaimana feeling aneh menyelimutiku ketika dia tengah bersiap untuk melakukan tindakan jahat, dalam hati selalu kuulang kata, “Karin telah mati.” Faktanya memang dia telah mati tapi entah mengapa saat ini aku merasakan kehadirannya. Selain itu, bau keringatnya yang wangi jeruk kadang muncul di kamarku tiap pukul 2 malam. Kuakui setelah dia mati, aku kesepian tapi sama sekali aku tak pernah mengharapkan kehadirannya lagi.


Saat ini jam tepat menunujukan tepat pukul 2 malam di hari kamis, seperti biasanya aku masih disibukan dengan kegiatan sebagai penulis artikel fashion di sebuah majalah. Mataku mulai mengantuk, jariku pun mulai lelah menekan keyboard tapi besok pukul 7 pagi deadline ini sudah harus aku kumpulkan kepada editor. Waktu yang kurang tepat untuk mengenang masa masa bersama Karin, “ah terlalu banyak drama untuk apa memikirkan dia” ujarku dalam hati. Jam dinding berjalan makin lama seakan makin pelan, stasiun tv tak lagi menyajikan hal yang menarik, ingin segera melanjutkan pekerjaan tapi inspirasi tak kunjung datang.

Aku tertidur sejenak lalu terbangun karna suara ketukan tiba tiba saja jendela kamarku berbunyi tak terlalu keras. Bunyi yang pelan tapi sangat mencekam dan seratus persen aku yakin itu ketukan, seperti sedang diketuk dengan jari. Suasana msunyi senyap seketika, aku mematikan tv lalu mengecilkan volume itunes agar suara itu terdengar lebih jelas. Kelamaan suara itu terdengar makin nyata, jika awalnya hanya satu jari kini terdengar seperti diketuk dengan tiga jari. Suara ketukan itu makin lama berbunyi makin tidak karuan, aku takut, namun entah mengapa rasa penasaranku justru makin memuncak. Perlahan aku beranjak dari kasur mendekati jendela yang letaknya berhadapan denganku, dengan sedikit keberanian aku mencoba untuk membuka gorden secara perlahan. Semakin gorden akan kutarik, semakin kencang pula suara ketukan itu muncul, makin lama suara itu makin keras dan seperti menusuk kedalam kepalaku. Lalu tanpa basa basi lagi aku langsung menarik gorden dengan menutup kedua mataku. “Brakk!!!” Terdengar seperti suara menghantam jendela yang diikuti dengan kesunyian tanpa suara, suara ketukan itu telah hilang. Pelan pelan aku membuka mataku ternyata tak ada apa apa di jendela, hanya terlihat puluhan bintang terang.

Wangi ini.. kemudian mendadak wangi jeruk muncul memenuhi seisi kamar, wangi jeruk yang terasa amat pekat. Ini adalah wangi Karin, wangi yang selalu saja menghantuiku tapi apa mungkin ini terjadi? Aku mulai berpikiran yang aneh aneh, semua kisah horor muncul di kepalaku silih berganti. Aku takut. Aku mulai kebingungan. Hanya berdiri sambil menutup kedua mata yang dapat kulakukan saat ini, semuanya begitu tak masuk diakal, hingga akhirnya...

“Brukk!”

Terdengar suara terjatuh tepat disamping aku berdiri saat ini. Dapat kurasakan yang jatuh bukan merupakan benda yang berat, mungkin sebuah benda yang ringan. Tapi aku merasakan aura yang sangat aneh dengan benda yang jatuh itu, bulu kudukku semuanya berdiri membentuk barisan militer. Apa makin tak mengerti dengan situasi ini, sekarang aku hanya ingin semua kejadian aneh ini berhenti.. “Aku takut, ya Tuhan..” Tapi sekali lagi rasa takutku kalah dengan rasa penasaran yang kembali memaksaku untuk melihat benda apa yang terjatuh barusan. Pelan pelan aku membuka mata dan melihat kearah sebelah kanan tempat benda itu terjatuh. Oh, ternyata bukan benda yang harus ditakutkan, itu hanya boneka, ya benar hanya boneka namun boneka itu tanpa kepala.

“Ini tanda dari Karin!”

Kepalaku penuh dengan racauan kata kata tak beralasan. Aku mecoba menghadapi ini dengan biasa namun logikaku mengatakan ini semua tak masuk akal, ini ulah hantu. Hantu Karin datang menggangguku! Aku tak percaya hantu itu nyata, menggelikan!

Ta.. Tapi jika hantu tak nyata lantas boneka ini maksudnya apa? Lebih tak masuk akal jika boneka ini tiba tiba muncul begitu saja. Aku ingat, boneka ini adalah boneka pinguin kesanyanganku saat berusia 10 tahun, boneka ini disembunyikan oleh Karin entah dimana sampai mati dia tak pernah mengatakan letak boneka itu. Setidaknya itu semua sampai hal aneh ini muncul tiba tiba saja boneka ini terjatuh dari langit sesaat baru saja muncul keanehan di jendela kamarku.

Aku  ingin semua ini cepat berhenti, aku tak tahan dengan semua ini.

“Halo Kiran...”

Suara lirih terdengar dari pojok ruangan kamar, suara pelan yang terdengar seperti rintihan kesakitan senar biola. Aku mengenali suara ini tak mungkin dapat melupakannya, suara yang  menyebalkan dan sangat menyedihkan. “Apa benar ini nyata?” Kali ini apapun yang terjadi aku tak boleh menoleh kearah belakang, mengerikan, tingkat ketakutanku naik drastis.

“Ayo masak masakan..”

“Ayo main operasi operasian..”

Suara itu sangat mengganggu, semua suara Karin bergema di dalam telingaku. Suara lirih kesakitan penuh ejekan. Suaranya terdengar persis di sebelah kanan telingaku, suara jarak dekat yang mungkin hanya berjarak 5 – 7 sentimeter.

Entah mengapa tiba tiba saja badanku tak dapat bergerak, semua otot kaku tak bergerak, bulu kuduk merinding seperti sedang disentuh oleh belaian lembut pasti. Bukan, bukan belaian nafsu melainkan belaian kengerian yang dapat berarti banyak hal. “Apa apa ini? Kenapa ini?” Seketika pertanyaan ini muncul di kepalaku silih berganti. Kukerahkan seluruh sisa kekuatan untuk menggerakan tubuhku, sangat maksimal hingga dapat kurasakan ototku bergeser dengan sangat kasar. Seketika tubuhku akhirnya dapat bergerak kembali dan langsung saja tanpa diperintah aku masuk dan mengunci kamar mandi dengan rapat. Aku tak dapat berpikir dengan jernih yang ada dalam kepalaku bagaimana caranya agar semua ini berhenti.

Tiba tiba lampu kamar mandi mati..

Tak ada ada kehidupan, aku hanya dapat mendengar suara tarikan nafasku yang terengah. Keringat mengucur deras dari pori pori kulit, cuaca dingin seketika berubah menjadi panas. Aku meraba raba sekeliling namun tak merasa apapun, aku makin takut dan langsung mencoba membuka pintu kamar mandi namun.. namun kunci kamar mandi sudah tidak menggantung di lubang kunci. Air mataku mulai mengucur keluar tanpa diperintah, aku takut, aku tak ingin mati..

“Apa kau suka? Apa kau suka??”

Kembali terdengar suara lirih Karin tapi kali ini aku dapat merasakan suara itu muncul setidaknya tepat dihadapanku.

“Jangan ganggu aku...” Aku menutup kedua telingaku, aku tak sanggup lagi mendengar suara suara aneh yang terus muncul disekitarku. Terus menerus aku mengucapkan kata kata itu dengan cepat, secepat mungkin, secepat yang aku bisa. “Bruuuk!” Aku merasa ditabrak dengan sangat kuat hingga terjatuh kelantai, suasana sangat gelap aku pun tak tau benda apa yang baru saja menabrakku. Rasanya bukan seperti tabrakan melainkan seperti dorongan tangan, didorong dengan tenaga penuh.

Lampu menyala..

Tepat dihadapanku sebuah kepala melayang. Itu adalah kepala Karin, itu wajah Karin! Ya Tuhan halusinasi apa ini?! Ini tidak nyata! Kepala itu melayang dengan mata tertutup dan darah yang mengucur dari leher yang menganga lebar.

“Bagaimana rasanya menjadi aku?” Kepala itu berbicara, aku sangat takut hingga tak mampu berkata kata yang dapat kulakukan hanya menutup mata dan mendengarkan suara asing ini.

“Kau mengambil semuanya!”

Sepersekian detik tiba tiba mata itu terbuka dan bergerak cepat kearahku! Kurasakan gigitan dahsyat yang sangat menyakitkan di seluruh wajahku, aku tak mampu melawan, aku hanya bisa bertertiak. Aku menyerah dan.....


*****



Tidak ada komentar:

Posting Komentar