Aku ingin melanjutkan ceritaku
yang sempat tertunda cukup lama. Dulu sekali, aku pernah berjanji pada seorang
wanita, suatu saat aku akan membuktikan padanya bahwa aku adalah pria yang
tepat berada menjadi pendamping hidupnya. Namun 1 tahun berlalu, 2 tahun
berlalu, hingga 7 tahun pun berlalu, aku tak pernah bisa menepati janjiku. Tak
ada yang harus disalahkan jika 4 hari lagi ia akan segera menikah dengan pria
pilihannya. Walaupun aku berjanji akan membuktikan cintaku pada wanita pujaanku,
tapi ternyata aku tak pernah sesetia itu padanya.
Saat ini, entah kenapa aku dengan
pikiran pikiran kosong, aku mengunjungi sebuah bar yang tak pernah kudatangi sebelumnya.
Yang makin aneh, mungkin karna banyak pikiran dan sedikit mabuk, aku curhat
dengan seorang penjaga bar ini, seorang pria tua, berusia 60 tahunan dengan
rambut penuh uban, sekilas dia mengingatkanku pada sosok Clint Eastwood.
Dengan kepala pusing dan kata
kata meracau, plus bau alkohol yang sangat menyengat. Aku bicara pada penjaga
bar itu, bahwa aku sedanga jatuh cinta pada seorang wanita. Seorang pemain
musik, penulis lagu, bertinggi badan 170 cm, berat badan proporsional. Ia juga
memiliki mata bulat, senyum sinis yang memikat, rambut panjang lurus
bergelombang, dan yang membuatku tergila gila adalah warna rambutnya yang hitam
pekat, seperti kopi pahit tanpa gula. Wanita pemusik itu bernama, Dara. Oiya,
hampir lupa, wanita pujaanku bernama Kirana.
Diiringi alunan musik slow rock
bernuansa 80an, aku mulai terbawa suasana saat bar ini memainkan lagu Born to
be My Baby milik Bon Jovi.
“Hei pak, kau pernah mengalami
sebuah dilema?”, aku memanggil si bartender dengan suara yang cukup kencang.
Tanpa berekspresi, bartender itu
mendekat kearahku dan kembali memberiku sebuah gelas kecil, yang dari baunya
aku tau bahwa itu sebuah jagermeister.
Aku tak tau bagaimana cara
mengungkapkannya dengan kata kata, aku hanya ingin ada orang mengerti apa yang
aku rasakan. Sudah 9 tahun aku mengenal Kirana dan dari 9 tahun, 7 tahun aku
menyianyiakan waktu, menyianyiakan janjiku untuk membuktikan bahwa aku adalah
pria yang tepat untuknya. Selama rentang waktu 7 tahun itu, aku bertemu dengan
banyak wanita, menghilang sesuka hati, dan lebih parahnya tak pernah 1 kalipun
aku berpikir bahwa ia menunggu janjiku.
Aku mulai menyadari kesalahanku,
saat aku berkenalan dengan Dara disebuah acara musik, 2 tahun yang lalu. Dara
membuatku tak dapat mengalihkan mata saat pertama kali melihatnya. Dara
memiliki suara yang sangat lembut, dan kemampuan bermain gitar yang seketika
membuatnya bertambah cantik 200 persen. Setelah mengenal satu sama lain cukup
lama, ternyata aku dan Dara memiliki banyak kesamaan.
Aku tak sadar semua kata kata itu
keluar dari mulutku, penjaga bar dan beberapa orang yang duduk disebelahku
ternyata mulai menyimak semua kisah busukku. Dengan keadaan yang mulai mabuk,
aku kembali melanjutkan curhatanku.
Selama 1 tahun kebelakang, aku
dan Dara menghabiskan waktu bersama. Lewat pesan singkat dari ponsel, ia selalu
membangunkanku tiap pagi, akupun selalu membalas dengan ucapan selamat tidur
saat malam tiba. Dara merupakan seorang pencipta lagu yang sangat puitis,
sebagai seorang pria, aku beruntung selalu jadi yang pertama mendengar lagu
ciptaannya, ”take my hand let’s see where
we wake up tomorrow. Best laid plans sometimes are just a one night stand~”, itu
adalah sebuah line yang menjadi favoritku dari semua lagu yang ia ciptakan.
Kami memiliki hubungan sangat dekat seperti sepasang kekasih, namun aku dan
Dara bukanlah sepasang kekasih.
Kedekatanku dan Dara dikarnakan
kami memiliki kisah cinta yang sangat sama. Aku menjanjikan suatu hal yang tak
bisa kutepati pada Kirana, Dara ternyata memiliki kisah yang sama denganku. Ia
sangat mencintai seorang pria yang menghilang dari kehidupannya, pria itu
menghilang dengan janji akan kembali padanya. 7 tahun berlalu pria itu tak pernah
kembali namun ia tetap mengharapkan pria itu datang, itulah alasan terbesarnya menjadi
seorang pemusik. Ia selalu berharap lewat lirik lagu ciptaannya yang peluh,
pria itu ingat dan kembali datang untuk mencarinya.
Selama 1 tahun ini, aku selalu
berusaha menjadi right man in the right place untuk Dara, meskipun aku tau itu akan
percuma. Rasa penasaranku dan kekagumanku akan sosok Dara yang selalu membuatku
berdegup, makin membuatku lupa akan
janjiku pada Kirana. Aku seolah tak peduli dengan Kirana, meskipun teman
temanku pernah berkata bahwa Kirana masih menungguku.
Semakin lama, kedekatan kami pun
makin intens dengan pertemuan yang terjadi setiap hari, hubunganku dengan Dara
makin tak karuan. Tak ada kejelasan dari hubungan yang kami jalani, ia masih
terus mencipatakan lagu dengan lirik sendu nan puitis sebagai ungkapan isi
hatinya menanti janji seorang pria pujaannya.
Bulan berganti bulan dan aku
sepertinya mulai kehilangan Dara. Tiba tiba saja, tak ada lagi ucapan selamat
pagi, tak ada lagi lirik lagu yang ia tanyakan, tak ada lagi senyumannya, dan
tak ada lagi pesan darinya yang masuk di ponselku. Seketika, aku mencoba
mencarinya namun hasilnya nihil, ia hilang bak ditelan bumi.
Tak lama, aku mengetahui satu
hal, ternyata dara berhasil mendapatkan apa yang ia impikan selama ini. Pria
impiannya, kembali hadir dihadapannya setelah menghilang selama hampir 7 tahun.
Aku tak bisa memahami apa yang maksud dari tindakan Dara kali ini. “Lantas kenapa jika pria itu kembali
menemuimu?!! Tetap saja kau tak bisa meninggalkanku seperti ini!!!”,
teriaku di dalam hati. Pikiranku berkecamuk membuat dada menjadi sesak, kepala
pusing seperti dihantam balok berukuran raksasa. Walaupun aku dan Dara bukanlah
seorang kekasih tapi bagiku saat ini, ia sangat menghianati perasaanku dan apa
yang telah aku korbankan padanya selama 1 tahun ini.
Seketika aku teringat akan
janjiku pada Kirana, sebuah janji yang telah aku lupakan. Aku ingin datang
menemui Kirana, di tempat amg tak pernah aku dan dia rencakan sebelumnya. Tapi
ternyata semua itu, juga menjadi sia sia belaka. Aku mendapatkan kabar, bahwa
tak lama lagi Kirana akan segera melangsungkan pernikahannya. Kirana akan
menikah dengan salah satu temanku yang selama ini mejadi tempat mencurahkan isi
hati kegalauannya.
Tak seperti Dara, Kirana menyerah
menunggu kedatanganku tapi... tapi Dara meninggalkanku untuk seorang yang ia
cintai sejak lama. Aku hanya ingin tertawa meratapi nasibku, selama 7 tahun aku
memiliki semuanya namun hanya dalam hitungan hari aku kehilangan semua itu.
Kali ini keadaan tak berpihak padaku, aku tau ini semua karna keegoisanku
semata. Realitanya, memang tak selamanya manusia mendapatkan apa yang mereka
inginkan, sebesar apa aku sabar untuk mendapatkan Dara, tetap saja tak sebesar
rasa cintanya pada pria pujaannya, begitu pula sebaliknya, sebanyak apa aku
berkata sangat mencintai Kirana, tetap saja logika dan perbuatanku menunjukan
Kirana tak pernah untukku. Aku tak bisa menangis, hanya bisa menyalahkan
keadaan yang saat ini terjadi padaku. Meratapi nasib dengan duduk sendiri di
bar, memang menjadi pilihan tepat bagi pria seperti diriku. Saat ini aku hanya
hamparan bintang di langit yang mulai kehilangan cahaya, karna termakan oleh
gelapnya malam.
Tanpa sadar aku menangis
dihadapan semua orang yang berada di bar, penjagan bar kembali memberiku minum
tapi kali ini segelas lemon tea hangat, kemudian ia pergi keluar bar. Saat aku
meracau tak jelas hampir 3 jam lebih ternyata tanpa kusadari ternyata sangat
mengganggu semua orang yang ada di bar. Suasana bar yang tadinya cukup ramai,
tiba tiba menjadi mendayu setelah playlist lagu secara random memplay lagu
milik Dara. Sebuah lagu yang sangat bekesan, karna ada sebuah line dari
liriknya yang menjadi favoritku.
******
Tepat pukul 3 saubuh, mendadak
suasana bar menjadi sangat kacau. 5 orang asing datang dengan setelan jas
hitam, lengkap dengan kacamata dan sepatu hitam. Dengan memegang sebuah pistol,
mereka mengarahkan tangannya ke semua sudut ruangan bar yang sontak membuat
orang orang berteriak. Salah satu dari mereka, seorang pria botak datang
kearahku lalu menodongkan senjatanya tepat di pelipis kiri kepalaku. Dia
mengatakan sesuatu tapi aku sangat mabuk untuk paham apa yang ia katakan. Dari
gerak bibirnya aku menebak ia menanyakan keberadaan seseorang, sepertinya si
pria botak, menayakan keberadaan penjaga bar yang dari tadi mendengarkan
ceritaku. Aku sudah tak bisa menahan rasa mual yang mulai membanjiri pikiranku,
aku tau ini membuatku akan muntah.
Alunan lagu Dara masih terus
diputar di bar itu, kini sudah bagian lirik yang menjadi favoritku. Namun
keadaan ternyata makin tak bisa dikontrol, benar saja, aku muntah tepat
dihadapan pria botak itu. Lirik lagu Dara makin menyengat pikiranku tapi sepersekian
detik bisa kulihat kalau si pris botak kesal dengan muntahku yang mengenai
jasnya. Pria itu menggerakan telunjuk kanannya, menarik pelatuk senjata yang
masih menempel di pelipis kiriku. 3 detik kemudian, rasa panas bercampur sakit
yang sangat hebat menembus kepalaku dan.........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar