Wikipedia

Hasil penelusuran

Kamis, 04 Juni 2015

Kisah Dara dan Kirana



Aku ingin melanjutkan ceritaku yang sempat tertunda cukup lama. Dulu sekali, aku pernah berjanji pada seorang wanita, suatu saat aku akan membuktikan padanya bahwa aku adalah pria yang tepat berada menjadi pendamping hidupnya. Namun 1 tahun berlalu, 2 tahun berlalu, hingga 7 tahun pun berlalu, aku tak pernah bisa menepati janjiku. Tak ada yang harus disalahkan jika 4 hari lagi ia akan segera menikah dengan pria pilihannya. Walaupun aku berjanji akan membuktikan cintaku pada wanita pujaanku, tapi ternyata aku tak pernah sesetia itu padanya.

Saat ini, entah kenapa aku dengan pikiran pikiran kosong, aku mengunjungi sebuah bar yang tak pernah kudatangi sebelumnya. Yang makin aneh, mungkin karna banyak pikiran dan sedikit mabuk, aku curhat dengan seorang penjaga bar ini, seorang pria tua, berusia 60 tahunan dengan rambut penuh uban, sekilas dia mengingatkanku pada sosok Clint Eastwood.

Dengan kepala pusing dan kata kata meracau, plus bau alkohol yang sangat menyengat. Aku bicara pada penjaga bar itu, bahwa aku sedanga jatuh cinta pada seorang wanita. Seorang pemain musik, penulis lagu, bertinggi badan 170 cm, berat badan proporsional. Ia juga memiliki mata bulat, senyum sinis yang memikat, rambut panjang lurus bergelombang, dan yang membuatku tergila gila adalah warna rambutnya yang hitam pekat, seperti kopi pahit tanpa gula. Wanita pemusik itu bernama, Dara. Oiya, hampir lupa, wanita pujaanku bernama Kirana.

Diiringi alunan musik slow rock bernuansa 80an, aku mulai terbawa suasana saat bar ini memainkan lagu Born to be My Baby milik Bon Jovi.

“Hei pak, kau pernah mengalami sebuah dilema?”, aku memanggil si bartender dengan suara yang cukup kencang.

Tanpa berekspresi, bartender itu mendekat kearahku dan kembali memberiku sebuah gelas kecil, yang dari baunya aku tau bahwa itu sebuah jagermeister.

Aku tak tau bagaimana cara mengungkapkannya dengan kata kata, aku hanya ingin ada orang mengerti apa yang aku rasakan. Sudah 9 tahun aku mengenal Kirana dan dari 9 tahun, 7 tahun aku menyianyiakan waktu, menyianyiakan janjiku untuk membuktikan bahwa aku adalah pria yang tepat untuknya. Selama rentang waktu 7 tahun itu, aku bertemu dengan banyak wanita, menghilang sesuka hati, dan lebih parahnya tak pernah 1 kalipun aku berpikir bahwa ia menunggu janjiku.

Aku mulai menyadari kesalahanku, saat aku berkenalan dengan Dara disebuah acara musik, 2 tahun yang lalu. Dara membuatku tak dapat mengalihkan mata saat pertama kali melihatnya. Dara memiliki suara yang sangat lembut, dan kemampuan bermain gitar yang seketika membuatnya bertambah cantik 200 persen. Setelah mengenal satu sama lain cukup lama, ternyata aku dan Dara memiliki banyak kesamaan.

Aku tak sadar semua kata kata itu keluar dari mulutku, penjaga bar dan beberapa orang yang duduk disebelahku ternyata mulai menyimak semua kisah busukku. Dengan keadaan yang mulai mabuk, aku kembali melanjutkan curhatanku.

Selama 1 tahun kebelakang, aku dan Dara menghabiskan waktu bersama. Lewat pesan singkat dari ponsel, ia selalu membangunkanku tiap pagi, akupun selalu membalas dengan ucapan selamat tidur saat malam tiba. Dara merupakan seorang pencipta lagu yang sangat puitis, sebagai seorang pria, aku beruntung selalu jadi yang pertama mendengar lagu ciptaannya, ”take my hand let’s see where we wake up tomorrow. Best laid plans sometimes are just a one night stand~”, itu adalah sebuah line yang menjadi favoritku dari semua lagu yang ia ciptakan. Kami memiliki hubungan sangat dekat seperti sepasang kekasih, namun aku dan Dara bukanlah sepasang kekasih.

Kedekatanku dan Dara dikarnakan kami memiliki kisah cinta yang sangat sama. Aku menjanjikan suatu hal yang tak bisa kutepati pada Kirana, Dara ternyata memiliki kisah yang sama denganku. Ia sangat mencintai seorang pria yang menghilang dari kehidupannya, pria itu menghilang dengan janji akan kembali padanya. 7 tahun berlalu pria itu tak pernah kembali namun ia tetap mengharapkan pria itu datang, itulah alasan terbesarnya menjadi seorang pemusik. Ia selalu berharap lewat lirik lagu ciptaannya yang peluh, pria itu ingat dan kembali datang untuk mencarinya.

Selama 1 tahun ini, aku selalu berusaha menjadi right man in the right place untuk Dara, meskipun aku tau itu akan percuma. Rasa penasaranku dan kekagumanku akan sosok Dara yang selalu membuatku berdegup, makin  membuatku lupa akan janjiku pada Kirana. Aku seolah tak peduli dengan Kirana, meskipun teman temanku pernah berkata bahwa Kirana masih menungguku.

Semakin lama, kedekatan kami pun makin intens dengan pertemuan yang terjadi setiap hari, hubunganku dengan Dara makin tak karuan. Tak ada kejelasan dari hubungan yang kami jalani, ia masih terus mencipatakan lagu dengan lirik sendu nan puitis sebagai ungkapan isi hatinya menanti janji seorang pria pujaannya.

Bulan berganti bulan dan aku sepertinya mulai kehilangan Dara. Tiba tiba saja, tak ada lagi ucapan selamat pagi, tak ada lagi lirik lagu yang ia tanyakan, tak ada lagi senyumannya, dan tak ada lagi pesan darinya yang masuk di ponselku. Seketika, aku mencoba mencarinya namun hasilnya nihil, ia hilang bak ditelan bumi.

Tak lama, aku mengetahui satu hal, ternyata dara berhasil mendapatkan apa yang ia impikan selama ini. Pria impiannya, kembali hadir dihadapannya setelah menghilang selama hampir 7 tahun. Aku tak bisa memahami apa yang maksud dari tindakan Dara kali ini. “Lantas kenapa jika pria itu kembali menemuimu?!! Tetap saja kau tak bisa meninggalkanku seperti ini!!!”, teriaku di dalam hati. Pikiranku berkecamuk membuat dada menjadi sesak, kepala pusing seperti dihantam balok berukuran raksasa. Walaupun aku dan Dara bukanlah seorang kekasih tapi bagiku saat ini, ia sangat menghianati perasaanku dan apa yang telah aku korbankan padanya selama 1 tahun ini.

Seketika aku teringat akan janjiku pada Kirana, sebuah janji yang telah aku lupakan. Aku ingin datang menemui Kirana, di tempat amg tak pernah aku dan dia rencakan sebelumnya. Tapi ternyata semua itu, juga menjadi sia sia belaka. Aku mendapatkan kabar, bahwa tak lama lagi Kirana akan segera melangsungkan pernikahannya. Kirana akan menikah dengan salah satu temanku yang selama ini mejadi tempat mencurahkan isi hati kegalauannya.

Tak seperti Dara, Kirana menyerah menunggu kedatanganku tapi... tapi Dara meninggalkanku untuk seorang yang ia cintai sejak lama. Aku hanya ingin tertawa meratapi nasibku, selama 7 tahun aku memiliki semuanya namun hanya dalam hitungan hari aku kehilangan semua itu. Kali ini keadaan tak berpihak padaku, aku tau ini semua karna keegoisanku semata. Realitanya, memang tak selamanya manusia mendapatkan apa yang mereka inginkan, sebesar apa aku sabar untuk mendapatkan Dara, tetap saja tak sebesar rasa cintanya pada pria pujaannya, begitu pula sebaliknya, sebanyak apa aku berkata sangat mencintai Kirana, tetap saja logika dan perbuatanku menunjukan Kirana tak pernah untukku. Aku tak bisa menangis, hanya bisa menyalahkan keadaan yang saat ini terjadi padaku. Meratapi nasib dengan duduk sendiri di bar, memang menjadi pilihan tepat bagi pria seperti diriku. Saat ini aku hanya hamparan bintang di langit yang mulai kehilangan cahaya, karna termakan oleh gelapnya malam.

Tanpa sadar aku menangis dihadapan semua orang yang berada di bar, penjagan bar kembali memberiku minum tapi kali ini segelas lemon tea hangat, kemudian ia pergi keluar bar. Saat aku meracau tak jelas hampir 3 jam lebih ternyata tanpa kusadari ternyata sangat mengganggu semua orang yang ada di bar. Suasana bar yang tadinya cukup ramai, tiba tiba menjadi mendayu setelah playlist lagu secara random memplay lagu milik Dara. Sebuah lagu yang sangat bekesan, karna ada sebuah line dari liriknya yang menjadi favoritku.

******

Tepat pukul 3 saubuh, mendadak suasana bar menjadi sangat kacau. 5 orang asing datang dengan setelan jas hitam, lengkap dengan kacamata dan sepatu hitam. Dengan memegang sebuah pistol, mereka mengarahkan tangannya ke semua sudut ruangan bar yang sontak membuat orang orang berteriak. Salah satu dari mereka, seorang pria botak datang kearahku lalu menodongkan senjatanya tepat di pelipis kiri kepalaku. Dia mengatakan sesuatu tapi aku sangat mabuk untuk paham apa yang ia katakan. Dari gerak bibirnya aku menebak ia menanyakan keberadaan seseorang, sepertinya si pria botak, menayakan keberadaan penjaga bar yang dari tadi mendengarkan ceritaku. Aku sudah tak bisa menahan rasa mual yang mulai membanjiri pikiranku, aku tau ini membuatku akan muntah.


Alunan lagu Dara masih terus diputar di bar itu, kini sudah bagian lirik yang menjadi favoritku. Namun keadaan ternyata makin tak bisa dikontrol, benar saja, aku muntah tepat dihadapan pria botak itu. Lirik lagu Dara makin menyengat pikiranku tapi sepersekian detik bisa kulihat kalau si pris botak kesal dengan muntahku yang mengenai jasnya. Pria itu menggerakan telunjuk kanannya, menarik pelatuk senjata yang masih menempel di pelipis kiriku. 3 detik kemudian, rasa panas bercampur sakit yang sangat hebat menembus kepalaku dan.........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar