“Ayah, besok aku gak kuat puasa ya..
lapeeeer...”
“Hari
pertama puasa dong, kamu kan gendut jadi bisa nyimpen cadangan makanan - hahaha.”
“Tapi
kalo aku ga kuat gimana?”
Pras
cukup bingung menjawab pertanyaan anaknya, Dylan. Dia masih tujuh tahun tapi
Pras berpikir inilah saat yang tepat untuk mengajarkannya berpuasa.
“Kamu
mau dimakan Girieg?”
“Apa
itu ayah?” Tanya Dylan dengan penuh penasaran terpancar dari tapapan matanya.
Pras
terdiam, dia sedikit menyangkal dengan apa yang baru saja dia katakan. Namun
sedikit pembenaran dia tanamkan pada pikirannya. “Ah, tak apa Girieg kan hanya mitos,” ujarnya dalam hati.
“Girieg
itu hantu yang terkenal di kalangan penulis seperti ayah. Dia kena kutukan yang
membuat wajahnya seperti babi hutan, berbadan besar dan selalu menggunakan jas
seperti James Bond.”
“Kenapa
dikutuk?”
“Karena
rakus dan banyak makan. Makanya besok puasa ya...” Ucap Pras dengan pelan dengan
nada yang penuh keyakinan.
“Jadi
kalau aku makan terus.. Nanti jadi seperti Girieg ya?”
“Tidak
dong. Tapi kalau besok tidak mulai puasa, kamu bakal dimakan Girieg – hahaha.”
Tanpa
terasa jam dinding di kamar Dylan sudah menunjukan pukul 10 malam. Pras mulai
beranjak dari tempat tidur Dylan untuk kembali melanjutkan pekerjaannya sebagai
penulis novel misteri. Sebelum pergi dia mencium kening Dylan sekedar
memberikan ucapan selamat tidur, lalu mematikan lampu kamar.
“Nanti ayah bangunin
lagi jam setengah 4 buat sahur ya.”
Dylan mengangguk
tanpa menjawab perkataan Pras. Melihat anaknya yang tampak sedikit takut karna
cerita tadi, membuat Pras berkata.
“Hati hati Girieg
keluar dari lemari – Hahahaa!”
“Aku ngga takut, Yah!” Balas Dylan dengan
teriakan yang cukup lantang.
***
Mendadak
Dylan terbangun saat jam tepat menunjukan pukul 12 malam, dia mengira waktu
sahur telah dimulai tapi nyatanya dia baru tidur kurang lebih 2 jam. Dia
kembali mencoba memejamkan mata untuk tidur namun kali ini matanya sulit terpejam,
tiba tiba dia teringat dengan cerita ayahnya tentang Girieg. Rasa was was mulai
menyelimutinya karna membayangkan sosok Girieg yang sangat aneh dan menyeramkan
dan keadaan kamar yang gelap membuat suasana terasa makin tak menentu. Dia
merasa ada sosok yang tak terlihat mata sedang mengawasinya dan melihat semua
gerak geriknya. Ingin dia beranjak dari kasur untuk menyalakan lampu kamar,
namun ternyata rasa takut jauh lebih besar dibanding keberaniannya.
“Treek... Treekk...” Terdengar suara dari
dalam lemari kayu yang berada tepat disebelah kanan tempat tidur. Suara itu terdengar
cukup bising seperti ada seseorang yang bergoyang dalam lemari. Dylan takut.
Keringat mengucur keluar dari kepala kecilnya. Tanpa ragu dia segera menutup seluruh
badan dengan selimut, tubuhnya merinding hebat karna rasa seram yang muncul
dari otaknya. Pikirannya mulai berkecamuk antara takut dan rasa penasaran,
namun suara yang terus menerus berbunyi hanya membuatnya menentukan satu
pilihan, “aku harus bersembunyi.”
Tak
lama, suara itu tiba tiba saja berhenti. Suasana aneh tadi seketika berubah
hening tanpa suara, bahkan jika ada kapas jatuh suaranya pasti akan terdengar
nyaring. Perlahan Dylan membuka selimut yang menutupi kepalanya, cukup berani
untuk seorang anak tujuh tahun melakukan hal ini di malam yang gelap. Perlahan
dia mengeluarkan kepalanya dari balik selimut tapi tak ada yang aneh sepanjang
dia melihat seluruh ruangan. Sekilas tak ada yang berubah dengan ruangan kamarnya,
namun ketika dia menoleh kesebalah kanan, ternyata lemari kayunya telah terbuka
lebar. Hal ini membuatnya makin takut, pikirannya mulai dipenuhi ilustrasi
sosok Girieg. Sesosok orang dengan setelan jas ala James Bond tapi berkepala
babi. “Hati hati Girieg keluar dari
lemari...,” ucapan ayahnya seolah meraung raung dalam kepalanya. “Apa benar Girieg keluar dari dalam lemari?”,
pikir Dylan yang ketakutan.
Dia
kembali menutup kepalanya dengan selimut, semua tubuhnya terasa sangat basah
karna keringat. Tiba tiba Dylan merasa ada yang sedang memegang kakinya, tidak
kuat tapi juga tak lemah. Pertanyaan mulai muncul dalam hatinya, apa ini ayah?
“Ini pasti ayah!” Yakin Dylan. Dengan
cepat dia membuka selimut yang menutupi kepala namun apa yang terlihat
membuatnya kaget bukan kepalang. Dia berteriak dengan sangat kencang tapi tak
ada sepatah katapun keluar dari mulutnya. Cengkraman tersebut tiba tiba saja
berpindah ke lehernya dan makin lama terasa mengenai dan menusuk tulang. Sakit.
Sangat sakit. Tapi lagi lagi dia tak bisa berteriak, tak ada yang bisa
menjelaskan ini. Orang dengan setelan jas telah berdiri tegap disebelah kanan
kasur sambil mencekik kencang lehernya. Dalam kegelapan samar terlihat ada
sebuah taring keluar dari sisi mulut orang itu. Ditengah ketakutan, sangat
jelas Dylan melihat itu adalah babi. Itu Girieg.
Dylan
mencoba melawan dengan standar tenaga anak seusianya, jelas itu sia sia. Dan
kali ini badannya menjadi kaku tak dapat bergerak. Dylan menangis tanpa suara,
hanya air mata yang keluar dari matanya. Dia hanya pasrah menutup mata menahan
cengkraman Girieg yang sangat kuat. Rasa sakit yang teramat sangat muncul dari ubun
ubun kepalanya. Sakit. Itu benar benar sangat sakit. Kepalanya mulai terasa
ditarik oleh sesuatu yang aneh, roh seakan akan segera keluar dari tubuh
gendutnya. Girieg menambah kuat cekikannya. Dan tak sampai semenit, kepala Dylan
telah terpisah dari tubuhnya.
***
Jam
tepat menunjukan pukul setengah 4. Masih menahan kantuk, Pras menuju kamar
Dylan yang berada di lantai atas. Dia membuka pintu dan langsung menyalakan
lampu kamar. Dylan terlihat masih tertidur pulas dengan selimut yang menutupi
tubuhnya. Namun setelah memperhatikan dengan teliti, Pras menemukan ada suatu
yang janggal. Dia mendekati kasur dan perlahan membuka selimut yang nampak
kosong. Padahal nyata terlihat dari wajah Dylan, bahwa dia sedang tidur sangat
tenang.
Pras
membuka selimut. Dan dia tak melihat apapun, bahkan tubuh Dylan. Tubuhnya
lenyap tanpa bekas darah setitikpun. Pras kaget bukan kepalang, darah di
tubuhnya seolah naik ke kepala. Bingung, sedih dan marah bercampur jadi satu.
Hanya tersisa kepala anaknya di kasur, tubuhnya hilang bak ditelan bumi. Dengan
perasaan shock yang teramat sangat, Pras memeriksa sekeliling kamar dengan air
mata terus mengalir. Kemudian perhatiannya berhenti pada lemari kayu yang
terbuka lebar, dia teringat akan ucapannya tentang Girieg. Cepat dan penuh
amarah, dia mendekati lemari itu dan memeriksanya dengan sangat teliti. Ditengah
rasa bingung dan emosi yang tak menentu, dia menemukan satu kata aneh yang
ditulis pada dinding lemari. Kata itu berbunyi Gluttony, di tulis dengan darah yang masih segar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar