Wikipedia

Hasil penelusuran

Senin, 08 Juli 2013

Bedtime Stories: Fear of Girieg



            “Ayah, besok aku gak kuat puasa ya.. lapeeeer...”
            
           “Hari pertama puasa dong, kamu kan gendut jadi bisa nyimpen cadangan makanan - hahaha.”

            “Tapi kalo aku ga kuat gimana?”

            Pras cukup bingung menjawab pertanyaan anaknya, Dylan. Dia masih tujuh tahun tapi Pras berpikir inilah saat yang tepat untuk mengajarkannya berpuasa.

            “Kamu mau dimakan Girieg?”

       “Apa itu ayah?” Tanya Dylan dengan penuh penasaran terpancar dari tapapan matanya.

       Pras terdiam, dia sedikit menyangkal dengan apa yang baru saja dia katakan. Namun sedikit pembenaran dia tanamkan pada pikirannya. “Ah, tak apa Girieg kan hanya mitos,” ujarnya dalam hati.
            
        “Girieg itu hantu yang terkenal di kalangan penulis seperti ayah. Dia kena kutukan yang membuat wajahnya seperti babi hutan, berbadan besar dan selalu menggunakan jas seperti James Bond.”
            
             “Kenapa dikutuk?”
            
          “Karena rakus dan banyak makan. Makanya besok puasa ya...” Ucap Pras dengan pelan dengan nada yang penuh keyakinan.
            
             “Jadi kalau aku makan terus.. Nanti jadi seperti Girieg ya?”
            
        “Tidak dong. Tapi kalau besok tidak mulai puasa, kamu bakal dimakan Girieg – hahaha.”
            
             Tanpa terasa jam dinding di kamar Dylan sudah menunjukan pukul 10 malam. Pras mulai beranjak dari tempat tidur Dylan untuk kembali melanjutkan pekerjaannya sebagai penulis novel misteri. Sebelum pergi dia mencium kening Dylan sekedar memberikan ucapan selamat tidur, lalu mematikan lampu kamar.

“Nanti ayah bangunin lagi jam setengah 4 buat sahur ya.”

Dylan mengangguk tanpa menjawab perkataan Pras. Melihat anaknya yang tampak sedikit takut karna cerita tadi, membuat Pras berkata.

“Hati hati Girieg keluar dari lemari – Hahahaa!”

“Aku ngga takut, Yah!” Balas Dylan dengan teriakan yang cukup lantang.

***
            
           Mendadak Dylan terbangun saat jam tepat menunjukan pukul 12 malam, dia mengira waktu sahur telah dimulai tapi nyatanya dia baru tidur kurang lebih 2 jam. Dia kembali mencoba memejamkan mata untuk tidur namun kali ini matanya sulit terpejam, tiba tiba dia teringat dengan cerita ayahnya tentang Girieg. Rasa was was mulai menyelimutinya karna membayangkan sosok Girieg yang sangat aneh dan menyeramkan dan keadaan kamar yang gelap membuat suasana terasa makin tak menentu. Dia merasa ada sosok yang tak terlihat mata sedang mengawasinya dan melihat semua gerak geriknya. Ingin dia beranjak dari kasur untuk menyalakan lampu kamar, namun ternyata rasa takut jauh lebih besar dibanding keberaniannya.
           
           “Treek... Treekk...” Terdengar suara dari dalam lemari kayu yang berada tepat disebelah kanan tempat tidur. Suara itu terdengar cukup bising seperti ada seseorang yang bergoyang dalam lemari. Dylan takut. Keringat mengucur keluar dari kepala kecilnya. Tanpa ragu dia segera menutup seluruh badan dengan selimut, tubuhnya merinding hebat karna rasa seram yang muncul dari otaknya. Pikirannya mulai berkecamuk antara takut dan rasa penasaran, namun suara yang terus menerus berbunyi hanya membuatnya menentukan satu pilihan, “aku harus bersembunyi.”   
            
            Tak lama, suara itu tiba tiba saja berhenti. Suasana aneh tadi seketika berubah hening tanpa suara, bahkan jika ada kapas jatuh suaranya pasti akan terdengar nyaring. Perlahan Dylan membuka selimut yang menutupi kepalanya, cukup berani untuk seorang anak tujuh tahun melakukan hal ini di malam yang gelap. Perlahan dia mengeluarkan kepalanya dari balik selimut tapi tak ada yang aneh sepanjang dia melihat seluruh ruangan. Sekilas tak ada yang berubah dengan ruangan kamarnya, namun ketika dia menoleh kesebalah kanan, ternyata lemari kayunya telah terbuka lebar. Hal ini membuatnya makin takut, pikirannya mulai dipenuhi ilustrasi sosok Girieg. Sesosok orang dengan setelan jas ala James Bond tapi berkepala babi. “Hati hati Girieg keluar dari lemari...,” ucapan ayahnya seolah meraung raung dalam kepalanya. “Apa benar Girieg keluar dari dalam lemari?”, pikir Dylan yang ketakutan.
            
            Dia kembali menutup kepalanya dengan selimut, semua tubuhnya terasa sangat basah karna keringat. Tiba tiba Dylan merasa ada yang sedang memegang kakinya, tidak kuat tapi juga tak lemah. Pertanyaan mulai muncul dalam hatinya, apa ini ayah? “Ini pasti ayah!” Yakin Dylan. Dengan cepat dia membuka selimut yang menutupi kepala namun apa yang terlihat membuatnya kaget bukan kepalang. Dia berteriak dengan sangat kencang tapi tak ada sepatah katapun keluar dari mulutnya. Cengkraman tersebut tiba tiba saja berpindah ke lehernya dan makin lama terasa mengenai dan menusuk tulang. Sakit. Sangat sakit. Tapi lagi lagi dia tak bisa berteriak, tak ada yang bisa menjelaskan ini. Orang dengan setelan jas telah berdiri tegap disebelah kanan kasur sambil mencekik kencang lehernya. Dalam kegelapan samar terlihat ada sebuah taring keluar dari sisi mulut orang itu. Ditengah ketakutan, sangat jelas Dylan melihat itu adalah babi. Itu Girieg.
          
          Dylan mencoba melawan dengan standar tenaga anak seusianya, jelas itu sia sia. Dan kali ini badannya menjadi kaku tak dapat bergerak. Dylan menangis tanpa suara, hanya air mata yang keluar dari matanya. Dia hanya pasrah menutup mata menahan cengkraman Girieg yang sangat kuat. Rasa sakit yang teramat sangat muncul dari ubun ubun kepalanya. Sakit. Itu benar benar sangat sakit. Kepalanya mulai terasa ditarik oleh sesuatu yang aneh, roh seakan akan segera keluar dari tubuh gendutnya. Girieg menambah kuat cekikannya. Dan tak sampai semenit, kepala Dylan telah terpisah dari tubuhnya.

***
        
         Jam tepat menunjukan pukul setengah 4. Masih menahan kantuk, Pras menuju kamar Dylan yang berada di lantai atas. Dia membuka pintu dan langsung menyalakan lampu kamar. Dylan terlihat masih tertidur pulas dengan selimut yang menutupi tubuhnya. Namun setelah memperhatikan dengan teliti, Pras menemukan ada suatu yang janggal. Dia mendekati kasur dan perlahan membuka selimut yang nampak kosong. Padahal nyata terlihat dari wajah Dylan, bahwa dia sedang tidur sangat tenang.

            
         Pras membuka selimut. Dan dia tak melihat apapun, bahkan tubuh Dylan. Tubuhnya lenyap tanpa bekas darah setitikpun. Pras kaget bukan kepalang, darah di tubuhnya seolah naik ke kepala. Bingung, sedih dan marah bercampur jadi satu. Hanya tersisa kepala anaknya di kasur, tubuhnya hilang bak ditelan bumi. Dengan perasaan shock yang teramat sangat, Pras memeriksa sekeliling kamar dengan air mata terus mengalir. Kemudian perhatiannya berhenti pada lemari kayu yang terbuka lebar, dia teringat akan ucapannya tentang Girieg. Cepat dan penuh amarah, dia mendekati lemari itu dan memeriksanya dengan sangat teliti. Ditengah rasa bingung dan emosi yang tak menentu, dia menemukan satu kata aneh yang ditulis pada dinding lemari. Kata itu berbunyi Gluttony, di tulis dengan darah yang masih segar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar