Wikipedia

Hasil penelusuran

Kamis, 29 Agustus 2013

On Seeing The 100% Perfect Girl One Beautiful April Morning



By Haruki murakami



           Iseng googling tentang penulis favorit gue satu ini, hingga akhirnya saya menemukan salah satu cerpennya yang sangat menarik. Kenapa cerpen ini menarik? Karna cerpen ini menceritakan tentang romance yang biasa terjadi, tentang lelaki yang tak mempunyai keberanian walaupun hanya untuk berkenalan. Kisah simple yang ditulis dengan gaya surealis khas Murakami. Dan gue mau share salah satu cerpen karya Murakami ini, ya sembari menyelesaikan suatu proyek- hehehee..



       
       Suatu pagi yang indah di bulan April, di jalan sempit di daerah fashion Harajuku di Tokyo, aku berpapasan dengan gadis yang 100 persen sempurna.

                                                                             *** 

          Sejujurnya, dia tidak begitu cantik. Dia tidak menonjol. Pakaian yang ia kenakan tidak istimewa. Bagian belakang rambutnya masih sedikit acak-acakan bekas bangun tidur. Dia sudah tidak muda lagi pula - mungkin mendekati 30 tahun, tidak bisa lagi dibilang sebagai seorang 'gadis'. Namun demikian, aku bisa tahu dari jarak 50 yard: dialah gadis yang 100 persen sempurna bagiku. Pada saat aku melihat dia, ada gemuruh di dalam dadaku dan mulutku terasa kering seperti padang pasir.
       
       Mungkin kau memliki tipe gadis tersendiri yang kau sukai - mungkin gadis dengan pergelangan kaki yang ramping, atau mata besar, atau jari lentik, atau bisa juga kau tertarik dengan alasan yang tak bisa kau jelaskan pada gadis yang menghabiskan waktu cukup lama memakan makanannya. Aku tentu saja juga punya ketertarikanku sendiri. Kadang-kadang di sebuah restoran, aku sering mendapati diriku tanpa sadar menatap seorang gadis di meja sebelahku hanya karena aku sangat menyukai bentuk hidungnya.

        Namun tidak satu pun yang bisa berkeras berkata bahwa gadis yang seratus persen sempurna bagi dirinya berasal dari satu tipe tertentu. Betapa pun aku suka hidung, misalnya, aku tidak bisa mengingat bentuk hidung gadis tersebut - atau bahkan apakah ia punya hidung sama sekali. Satu-satunya yang bisa kuingat dengan pasti adalah bahwa gadis itu tidaklah terlalu cantik. Itu sungguh aneh.

      "Kemarin di jalan aku berpapasan dengan gadis yang 100 persen sempurna," aku berkata pada seseorang.

           "Begitukah?" katanya. "Cantik?"

           "Tidak terlalu."

           "Tipe favoritmu, kalau begitu?"

       “Aku tidak tahu. Aku tidak bisa mengingat apa pun tentang dia - bentuk matanya ataupun bentuk dadanya."

           "Aneh."

           "Ya. Aneh."

        "Jadi," katanya, sudah mulai bosan, "apa yang kau lakukan? Bicara padanya? Mengikuti dia?"

          "Tidak melakukan apa-apa. Hanya berpasasan saja di jalan."

         
          Dia berjalan dari timur ke barat, dan aku dari barat ke timur. Saat itu benar-benar pagi bulan April yang indah.

       Aku harap aku bisa bicara dengannya. Setengah jam sudah cukup: hanya untuk menanyakannya tentang dirinya, menceritakan tentang diriku, dan - inilah yang benar-benar ingin kulakukan - menjelaskan kepadanya tentang kerumitan jalur nasib yang membawa kita berpapasaran satu sama lain di pinggir jalan di Harajuku pada sebuah pagi bulan April yang indah di 1981. Tentang sesuatu yang padat dengan berbagai rahasia yang hangat, seperti sebuah jam antik yang dibuat pada saat kedamaian masih memenuhi bumi.

         Setelah berbincang, kita akan makan siang bersama, mungkin menonton sebuah film Woody Allen, singgah sebentar di bar hotel untuk minum, dan dengan sedikit keberuntungan, pertemuan kita bisa berakhir di tempat tidur. 

          Kemungkinan itu mengetuk pintu hatiku.

          “Bagaimana aku bisa mendekati dia? Apa yang bisa kukatakan?”

      "Selamat pagi, nona. Bisakah menyediakan waktu barang setengah jam untuk satu percakapan pendek?"

         Menggelikan. Rasanya aku seperti sales asuransi.

       "Maaf mengganggu, tapi apakah anda tahu binatu yang buka sepanjang malam di sekitar sini?"

          Tidak. Ini akan sama menggelikan. Aku tidak membawa cucian kotor. Siapa yang akan percaya kalimat semacam itu?

       Mungkin kejujuran yang sederhanalah yang paling tepat. "Selamat pagi. Kamu adalah gadis yang 100 persen sempurna bagiku."

       Tidak, dia tidak akan percaya itu. Atau jika dia percaya, dia mungkin tetap tidak mau bicara padaku. Maaf, mungkin demikian katanya. Aku mungkin gadis yang 100 persen sempurna bagimu, namun kamu bukanlah lelaki yang seratus persen sempurna bagiku. Itu bisa saja terjadi. Dan jika aku harus menghadapi situasi tersebut, aku mungkin akan hancur berkeping-keping. Aku tidak akan pernah pulih dari hal seperti itu. Aku 32 tahun, dan demikianlah artinya menjadi tua.

     Kami berpapasan di depan sebuah toko bunga. Genangan udara kecil dan hangat menyentuh kulitku. Aspal jalanan terasa lembab, dan aku sedikit mencium aroma mawar. Aku mencoba berbicara dengan dia, tetapi tidak bisa. Dia mengenakan sweater putih, dan di tangan kanannya dia memegang sebuah amplop putih bersih yang belum ditempel perangko. Jadi: dia menulis surat kepada seseorang, mungkin menghabiskan seluruh malamnya untuk menulis surat itu, bila mengamati wajahnya yang terlihat masih mengantuk. Di dalam amplop itu mungkin tersimpan semua rahasia yang pernah ia miliki.


Aku berjalan beberapa langkah lagi dan kemudian berbalik: dia sudah hilang dalam kerumunan.


         ......



      Sekarang tentu saja, aku tahu dengan pasti apa yang perlu kukatakan padanya. Walaupun mungkin terlalu panjang, terlalu panjang untuk bisa kusampaikan dengan benar kepadanya. Ide-ideku memang tidak pernah praktis untuk diterapkan.

       Ah, biarlah. Kata-kataku akan dimulai dengan "Suatu ketika" dan berakhir dengan, "Suatu kisah yang sedih, bukan?"


........


        Suatu ketika, hiduplah seorang anak lelaki dan seorang anak gadis. Anak lelaki itu berusia 18 tahun dan sang anak gadis 16 tahun. Sang anak lelaki tidak terlalu tampan, dan sang anak gadis tidaklah terlalu cantik. Mereka berdua hanyalah anak lelaki dan perempuan kesepian biasa, seperti semua anak lainnya. Namun mereka percaya dengan seluruh hati mereka bahwa di suatu tempat di dunia ada anak lelaki yang 100 persen sempurna dan anak gadis yang 100 persen sempurna bagi mereka masing-masing. Ya, mereka percaya pada keajaiban. Dan bahwa keajaiban memang benar-benar terjadi.


Suatu hari, keduanya bertemu dengan satu sama lain di pojok sebuah jalan.


           "Ini luar biasa," kata sang anak lelaki. "Aku sudah mencarimu sepanjang hidupku. Kau mungkin tidak percaya, tapi kaulah gadis yang 100 persen sempurna bagiku."

        "Dan kau," kata sang anak gadis, "adalah lelaki yang 100% sempurna bagiku, persis seperti yang aku bayangkan dalam setiap detilnya. Ini seperti mimpi."

    Mereka kemudian duduk di sebuah bangku taman, berpegangan tangan, dan menceritakan kisah mereka masing-masing pada satu sama lain selama berjam-jam. Mereka tidak kesepian lagi. Mereka telah menemukan dan telah ditemukan oleh pasangan 100% sempurna mereka. Sungguh luar biasa untuk bisa menemukan dan ditemukan oleh pasangan 100% sempurnamu. Ini adalah keajaiban, suatu keajaiban kosmis.

          Namun, saat mereka duduk dan berbicara, sebersit mungil keraguan muncul dalam hati mereka: benarkah tidak apa-apa bahwa suatu mimpi bisa terwujud dengan demikian mudah?

         Jadi, begitu ada jeda dalam perbincangan mereka, sang anak lelaki berkata, "Mari uji diri kita - hanya sekali saja. Jika kita benar-benar kekasih yang seratus persen sempurna bagi satu sama lain, maka di suatu tempat, di suatu waktu, kita pasti akan bertemu lagi. Dan jika itu benar terjadi, sehingga kita tahu pasti bahwa kita adalah pasangan yang 100% sempurna, kita akan menikah di situ dan saat itu juga. Bagaimana menurutmu?"

          "Ya," kata sang gadis, "itulah yang harus kita lakukan."


Jadi mereka berpisah, sang gadis ke timur dan sang lelaki ke barat.

      Namun sebenarnya, ujian yang mereka sepakati bersama sama sekali tidak perlu. Mereka seharusnya tidak melakukan itu, karena mereka benar-benar dan sungguh-sungguh kekasih yang 100 persen sempurna bagi satu sama lain, dan bahwa adalah suatu keajaiban mereka bisa bertemu. Namun, mustahil bagi mereka untuk tahu tentang itu, demikian mudanya mereka. Gelombang nasib yang dingin dan tanpa perasaan pun mulai mempermainkan mereka berdua.

        Di satu musim dingin, sang lelaki dan sang perempuan terjangkit penyakit influenza musiman yang sangat parah, dan setelah berminggu-minggu berkelana di antara hidup dan mati, mereka kehilangan semua ingatan tentang kehidupan mereka sebelumnya. Saat mereka tersadar, kepala mereka sama kosongnya dengan celengan D.H. Lawrence muda.

         Walaupun demikian, mereka adalah dua anak muda yang cerdas dan bertekad kuat, dan melalui berbagai upaya keras, mereka akhirnya bisa mendapatkan kembali berbagai pengetahuan dan perasaan yang membuat mereka layak diterima kembali sebagai anggota masyarakat secara penuh. Puji Tuhan, mereka menjadi warga negara teladan yang paham bagaimana berpindah dari satu jalur kereta ke jalur lainnya, yang sangat paham bagaimana cara mengirimkan surat kilat khusus di kantor pos. Bahkan juga, mereka mengalami cinta kembali, beberapa kali dengan kadar 75% atau bahkan 85%.


Waktu berlalu dengan kecepatan yang mengejutkan, dan dengan segera sang anak lelaki menjadi 32 tahun, sedangkan sang gadis 30 tahun.


        Suatu pagi bulan April yang indah, dalam rangka mencari secangkir kopi untuk memulai hari, sang lelaki berjalan dari barat ke timur, sedangkan sang gadis yang bermaksud mengirimkan sebuah surat kilat khusus berjalan dari timur ke barat, keduanya melalui jalan sempit yang sama di kawasan Harajuku di Tokyo. Cahaya redup dari ingatan mereka yang hilang berkilau sesaat dalam hati mereka. Masing-masing merasakan gemuruh dalam dada mereka. Dan mereka tahu:

         Ia adalah gadis yang 100% sempurna bagiku.

         Ia adalah lelaki yang 100% sempurna bagiku.

       Namun kilauan ingatan mereka terlalu lemah, dan pikiran mereka tidak lagi sejelas 14 tahun sebelumnya. Tanpa kata apa pun, mereka melewati satu sama lain, menghilang dalam kerumunan. Selamanya.

Suatu kisah yang sedih, bukan?


......


Ya, begitu. Itulah yang harus aku katakan padanya.


                                                                            ******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar